Beranda | Artikel
Hadits Arbain Ke 36 – Hadits Tentang Tolong Menolong
Jumat, 29 Oktober 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin

Hadits Arbain Ke 36 – Hadits Tentang Tolong Menolong merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 20 Rabiul Awal 1443 H / 26 Oktober 2021 M.

Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi

Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain Ke 35 – Semua Muslim Bersaudara

Kajian Hadits Arbain Ke 36 – Hadits Tentang Tolong Menolong

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ. وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ. وَاللهُ في عَوْنِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الجَنَّةِ.

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بهِ نَسَبُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ بِهَذَا اللَّفْظِ.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau bersabda: “Barangsiapa yang meringankan kesulitan besar seorang muslim di dunia, maka Allah akan meringankan kesulitan besarnya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan untuknya kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong saudaranya.

Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.

Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah di antara rumah-rumah Allah (masjid), mereka membaca Al-Qur’an di situ, saling mudzakarah di antara mereka tentang ayat-ayat itu, kecuali rahmat akan memenuhi majelis mereka, para malaikat akan mengiringi mereka, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memuji mereka di antara para malaikat yang ada disisiNya. Dan barangsiapa yang tertinggal karena amalannya, maka dia tidak bisa mengejar dengan nasabnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini senada dengan hadits Ibnu ‘Umar yang diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim, dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

الْمُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ، لا يَظْلِمُهُ ولا يُسْلِمُهُ، مَن كانَ في حاجَةِ أخِيهِ كانَ اللَّهُ في حاجَتِهِ، ومَن فَرَّجَ عن مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عنْه بها كُرْبَةً مِن كُرَبِ يَومِ القِيامَةِ، ومَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَومَ القِيامَةِ

“Seorang muslim itu saudara untuk muslim yang lain, jangan dia mendzaliminya, jangan juga menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa yang memenuhi hajat seorang saudaranya, Allah akan penuhi hajatnya. Barangsiapa yang ia melepaskan kesulitan seorang muslim, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengangkat Kesulitan Orang Lain

Menit ke-8:34 Kurbah adalah kesulitan yang sangat luar biasa, posisi terjepit. Tentunya ketika sedang menghadapi kondisi seperti itu kita sangat butuh bantuan orang lain.

Kondisi terjepit ini diumpamakan seperti orang yang sedang tercekik. Maka kalau orang yang mencekiknya memberikan kesempatan untuk bernafas dinamakan tanfis (تنفيس) atau memberikan nafas. Oleh karena itu barangsiapa yang memberi nafas (meringankan kesulitan besar) seorang muslim, maka Allah akan meringankan kesulitan besarnya pada hari kiamat kelak.

Ini adalah contoh dari kaidah:

الجزاء من جنس العمل

“Pahala itu sejenis dengan amalannya.”

Di sini, orang yang meringankan kesulitan orang lain dijanjikan akan mendapatkan kemudahan ketika menghadapi kesulitan pada hari kiamat.

Saat orang menghadapi kesulitan, maka kita dituntut untuk membantunya dengan satu dari dua hal; yang pertama yaitu dengan meringankan kesulitan itu, yang kedua dengan menghilangkan semua kesulitan itu. Kalau kita bisa mengangkat kesulitan itu dengan paripurna, maka itu yang terbaik. Tapi kalau tidak bisa maka kita berusaha untuk meringankan kesulitan orang tersebut.

Yang pertama, meringankan kesulitan disebutkan oleh hadits Abu Hurairah (yang sedang kita bahas ini). Sedangkan yang mengangkat kesulitan secara tuntas, ini disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Umar:

ومَن فَرَّجَ عن مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عنْه بها كُرْبَةً مِن كُرَبِ يَومِ القِيامَةِ

“Barangsiapa yang mengangkat kesulitan seorang muslim, maka Allah akan mengangkat kesulitannya pada hari kiamat kelak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Memudahkan Urusan Orang Lain

Menit ke-14:31 Selanjutnya Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan: “Dan barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang sedang kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat.”

Amalan yang dilakukan adalah memudahkan orang yang sedang susah, pahala yang diraih adalah dimudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Sementara kita mengetahui bahwasanya urusan akhirat adalah urusan yang berat. Hari kiamat disebut sebagai يوم عسير (hari yang sulit). Maka pada hari kiamat kelak kita membutuhkan bantuan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau kita ingin kesulitan kita di akhirat dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka hendaknya kita banyak-banyak membantu urusan orang lain, memudahkan urusan mereka sebagaimana dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Memudahkan/membantu urusan orang yang sedang kesulitan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Salah satu contohnya adalah dengan memberikan tempo yang lebih panjang bagi mereka untuk membayar utang yang kita berikan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ…

“Dan jika si peminjam uang adalah orang yang memiliki kesulitan, maka hendaklah si pemberi pinjaman memberikan tambahan tempo sampai si peminjam lepas dari kesulitannya…” (QS. Al-Baqarah[2]: 280)

Bisa juga dengan memaafkannya dengan menggugurkan tanggungan dia (baik sebagian atau seluruhnya). Ini juga adalah salah satu contoh memberikan kemudahan kepada orang yang sedang kesulitan. Atau bisa juga dengan memberikan bantuan kepada orang tersebut berupa makanan, pakaian, atau barang yang bisa membuat dia terlepas dari kesulitan yang sedang dihadapi.

Dan perintah untuk memberikan kemudahan kepada orang lain ini juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits:

كَانَ تَاجِرٌ يُدَايِنُ النَّاسَ فَإِذَا رَأَى مُعْسِرًا قَالَ لِفِتْيَانِهِ تَجَاوَزُوا عَنْهُ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا فَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهُ

“Dahulu ada seorang pedagang yang biasa memberikan pinjaman kepada orang-orang fakir. Dan jika ada orang yang kesulitan untuk membayar, maka dia mengatakan kepada anak-anaknya: ‘Maafkanlah mereka (gugurkanlah kewajiban utang mereka), barangkali dengan begitu Allah Subhanahu wa Ta’ala memaafkan dan mengampuni kita.’ Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni pedagang yang baik ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwasanya berbuat baik kepada orang lain bisa menjadi penggugur dosa-dosa kita. Kita semuanya memiliki banyak dosa dan kita semuanya harus memiliki sebab-sebab dan amalan-amalan yang bisa menggugurkan dosa-dosa, salah satunya adalah dengan membantu/memudahkan orang yang sedang kesulitan.

Menutupi Aib Seorang Muslim

Menit ke-22:06 Potongan hadits yang ketiga adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat.”

Kita semuanya punya aib, kita semuanya punya dosa-dosa yang kita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Kalau kita adalah orang yang khawatir aib kita terbongkar, maka salah satu kiatnya adalah dengan menutup aib orang lain. karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjanjikan “barangsiapa yang menutupi orang lain, maka Allah akan menutup aib kita.”

Hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Barzah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ

“Wahai sekalian orang yang telah beriman dengan lisannya namun iman belum masuk ke hatinya, jangan kalian mengghibah orang-orang Islam, dan jangan kalian cari-cari kesalahan mereka. Karena barangsiapa yang mencari-cari kesalahan orang-orang Islam, maka Allah akan mencari-cari kesalahan-kesalahannya. Dan barangsiapa yang Allah cari-cari kesalahannya, maka Allah akan bongkar kesalahan-kesalahan itu di rumahnya sendiri.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)

Ini adalah sebuah ancaman yang menakutkan bagi mereka yang suka membongkar aib orang lain dan mencari-cari kesalahan mereka. Kalau kita melakukan hal itu, maka Allah yang akan membongkar aib dan kesalahan kita.

Sebaliknya, kalau kita menutup aib orang lain, maka Allah yang akan mengamankan aib-aib kita dan menutupnya dari orang lain baik di dunia maupun di akhirat.

Ibnu Rajab Al-Hambali meriwayatkan dari sebagian ulama Salaf, bahwasanya mereka mengatakan: “Kami telah mendapati orang-orang yang tidak memiliki aib, tapi mereka suka menyebar aib orang lain. Maka kemudian setelah itu orang-orang menyebutkan aib mereka. Sebaliknya, kami mendapati orang-orang yang punya banyak aib, tapi mereka diam dan tidak mau membongkar aib orang lain. Maka aib mereka dilupakan oleh manusia.”

Menolong Orang Lain

Menit ke-27:37 Potongan hadits yang keempat, “Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolong seorang hamba selagi dia menolong hamba yang lain.” Ini senada dengan hadits Ibnu ‘Umar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

“Barangsiapa yang memenuhi hajat seorang muslim, maka Allah akan memenuhi hajatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagian salafush shalih mensyaratkan kepada teman seperjalanan dengan mengatakan: “Aku mau safar denganmu tapi dengan syarat aku yang menjadi pelayanmu.” MasyaAllah ini adalah sebuah teladan agung yang dilakukan oleh generasi awal umat Islam. Ini semuanya terinspirasi dari sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

“Allah akan memenuhi hajat seorang hamba selagi orang tersebut memenuhi hajat orang lain.”

Sehingga para ulama kita menyimpulkan bahwasanya ibadah sosial seperti membantu orang lain, memenuhi hajat mereka, ini adalah amal shalih yang mereka pandang lebih utama dari i’tikaf, lebih utama daripada haji, umroh dan shalat. Karenanya para ulama membuat sebuah kaidah fiqih:

الخير المتعدي افضل من القاصر

“Kebaikan yang manfaatnya menular kepada orang lain, itu lebih utama daripada kebaikan yang manfaatnya hanya untuk diri kita sendiri.”

Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Hadits Arbain Ke 36 – Hadits Tentang Tolong Menolong


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50957-hadits-arbain-ke-36-hadits-tentang-tolong-menolong/